Saturday, April 5, 2014

Perihal Asa dan Kematian

Datu...
Bukankah 'tuk menggenggam asa,
dimensi dan detik hanyalah omong kosong belaka?
Lalu katakan padaku,
mengapa detik ini semakin terasa jua, Datu?
Jiwa ragaku 'kan berpisah tak lama lagi!
Bibirku pun takkan pernah mengulum senyum lagi!
Betapa penyakit ini seperti bisa, Datu...
Ia tak peduli akan peluhku.
Tak juga ia mengerti akan keluku.
Datu...
Gemeresik daun itu dulunya simfoniku.
Gemercik air itu pun dulunya simfoniku.
Sinar bulan temaram itu pun dulunya senantiasa menaungiku,
saat aku menulis.
Aku menorehkan segala asa dalam benak, Datu!
Namun kini aku hanya tepekur,
menunggu waktuku.
Tiada peduli, detik teruslah berpacu.
Tiada peduli, dimensi teruslah bisu.
Dan asa tiada jua bersua...
Yang memang takkan pernah.
Takkan pernah, Datu..
--ets070114

No comments:

Post a Comment